💵💵💵💵💵💵 Siklus Kekayaan, Bayangan Hiperinflasi dan #Bitcoin obatnya. Sejarah membisikkan peringatan yang terlalu sering kita abaikan: ekonomi, seperti musim, mengikuti siklus boom dan bust yang tak terhindarkan. Pada tahun 1920-an, Jerman Weimar jatuh ke dalam hiperinflasi yang begitu biadab sehingga gerobak dorong tidak dapat membeli sepotong roti, menghapus tabungan seumur hidup dalam beberapa bulan. Keluarga menyaksikan kekayaan mereka menguap saat pemerintah mencetak uang untuk membayar hutang perang, memicu monster yang melahap kepercayaan pada mata uang fiat. Namun hari ini, di era pelonggaran kuantitatif dan utang nasional yang membengkak, kita bertindak seolah-olah mimpi buruk itu adalah anomali satu kali. Orang lupa dengan mudah bahwa hiperinflasi bukanlah cerita rakyat kuno; Ini adalah momok yang berulang, mengintai setiap kali bank sentral kehilangan kendali. Masukkan Bitcoin, penawar digital yang ditempa dalam kode dan kelangkaan. Tidak seperti mesin cetak fiat tanpa akhir, pasokan Bitcoin dibatasi pada 21 juta koin, benteng hardcode melawan degradasi. Ini bukan hanya "emas digital", ini adalah palka pelarian berdaulat, uang yang dapat diprogram yang tidak dapat dipompa oleh otoritas tunggal. Dalam keruntuhan Venezuela atau triliunan Zimbabwe untuk kekacauan makanan, Bitcoin telah membuktikan keberaniannya, memungkinkan individu mempertahankan nilai lintas batas tanpa memohon bailout. Semuanya berputar: kemakmuran membengkak, kemudian meledak di bawah beratnya sendiri. Hiperinflasi akan kembali bukan sebagai ledakan, tetapi pendarahan lambat dari pengikisan daya beli. Ketika itu terjadi, mereka yang mencengkeram dolar atau euro yang terdepresiasi akan berebut. Bitcoin bukanlah obat mujarab, tetapi itu adalah sekoci dalam badai: terdesentralisasi, dapat diverifikasi, dan kebal terhadap keinginan printer. Perhatikan sats tumpukan hantu Jerman, putuskan siklusnya.